Oleh : Novi Dina*
Kala itu saya sedang memandangi jam dinding
sambil menunggu pesan dari rekan - rekan saya yang hari itu kita akan bertolak
ke kota Jember. Sebuah kota yang berbatasan dengan Kabupaten
Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara, Kabupaten
Banyuwangi di timur, Samudera Hindia di selatan,
dan Kabupaten Lumajang di barat ini memiliki julukan kota karnaval,
mungkin karena setiap tahun Jember menggelar even akbar yang bertajuk Jember
Fashion Karnaval. saya masih uring-uringan di kamar sambil memandangi
layar ponsel, hingga timbul perasaan kesal.
"Sebenarnya jadi gak sih mereka?"
Ya perjalanan kita sedikit terhambat karena salah satu rekan saya masih
berburu dollar, jadi masih menunggu perkerjaannya selesai. Setelah
beberapa menit pesan masuk pada ponsel saya yang mengatakan bahwa mereka sudah
berada di terminal. Kami pergi berempat, awalnya kami akan pergi
ramai-ramai tetapi beberapa hari sebelum kepergian kami, mereka tiba -
tiba saja memutuskan untuk tidak pergi dengan berbagai macam alasan. Ada
harapan untuk pergi beramai -ramai tetapi takdir berkata lain kita harus pergi
berempat saja. Kami memang sering pergi, makan dan diskusi berempat,
eh ngerumpi juga.Yah! Kami berempat adalah
perempuan – perempuan yang suka berpetualang asal ada uang, hehehehe.
Mereka menunggu bus di terminal di Situbondo sedangkan saya menunggu di Widuri.
Setelah mendapat pesan bahwa mereka sudah berada di terminal, saya langsung
meminta adik sepupu saya untuk mengantar ke Widuri, Menunggu bus mereka
tumpangi melintas di Widuri seperti menunggu jodoh, harap - harap cemas
takut bus mereka kelewat, alamat saya harus berangkat sendiri dan itu tidak
akan menyenangkan karena selama perjalanan saya tidak punya teman
untuk ngengibah eh ngobrol maksudnya.
Sebelumnya saya sudah mengirim pesan pada ibu pimred cakanca jika
sudah berada di jembatan perbatasan Situbondo dan Bondowoso untuk memberi
kabar, selang beberapa menit ibu pimred memberi kabar, saya langsung semeringah
tetapi setelah di tunggu - tunggu mengapa bis mereka belum kelihatan juga,
padahal dari jembatan yang saya maksud dan posisi saya menunggu lumayan dekat,
sedekat perasaan saya padamu, eh.
"Apa mereka lewat jembatan siratul mustakim dulu? kok lama banget."
Ya ternyata Ibu pimred yang baru beberapa bulan di Jogja salah jembatan, yang
dia maksudnya adalah jembatan yang berada di Kalibagor, pantas saja lama, orang
masih jauh. Tak masalah asal jangan salah jodoh, eh.
Setelah menunggu akhirnya bis yang mereka tumpangi terlihat dan seorang penyair
Situbondo melambaikan tangan. Ibu pimred duduk dengan seorang cerpenis
Situbondo sedangkan saya duduk dengan penyair. Kami menikmati perjalanan sore
itu dengan sedikit berbincang - bincang ringan hingga tangan penyair
menunjuk pada mobil yang mempunyai tulisandi belakangnya.
"Hati- hati di jalan, yang di hati kapan jalan - jalan?"
Kira - kira begitu tulisannya.
Entah saya tidak paham maksudnya. Ibu pimred sedang menceritakan saat dirinya
jadimahasiswa magang di salah satu instansi di kota Bondowoso sedangkan adiknya
seorang cerpenis hanya diam dan fokus pada ponselnya, bukan sedang whatsappan
dengan sih doi melainkan bermain mobile legends.
Bis yang kita tumpangi berhenti di Stasiun pengisian bahan bakar dan saya
dengan penyair sedang berimajinasi, andai ada Stasiun pengisian hati yang para
pekerja berkata "Saya isi hatinya ya kakak!" Maklum saja kita memang
suka berimajinasi hal yang cukup tak logis.
Saat warna langit mulai menghitam kami sampai di terminal Arjasa dan
kami berpindah dari bis ke angkot, saat berada di angkot ibu pimred
menceritakan kembali peristiwa naasnya terakhir di terminal Arjasa, saat dia
harus kehilangan kekasihannya eh hpnya. Dari orang - orang yang
berada di angkot hanya kami yang paling berisik dengan ocehan kami yang ingin
pergi jalan - jalan di kota Jember selepas acara.
Kami di sambut hangat oleh teman - teman komunitas seni IAIN Jember.
Sebelum diantar ke tempat acara kami terlebih dahulu diajak ke bascame mereka
dan sedikit berbincang - bincang. Setelah itu kami dibawa ke tempat acara.
Sungguh luar biasa acara mereka dan keren bangitss kalau kata
anak-anak zaman sekarang. Kami disuguhkan penampilan teater dan tari
tradisional. Kakak - kakak para penarinya cantik - cantik, eh kakak apa
adik yah? Biarlah, Menolak tua. Mereka memberi gambaran pada saya,
saat dikandangipemerintah beberapa waktu lalu bukan dihabiskan untuk rebahan
melainkan untuk membuat karya dan karya tersebut ditampilkan pada acara
tersebut. Sukses selalu! Tambah berkembang kedepannya, jangan redup, tunjukan
bahwa anak muda masa kini sedang sibuk membuat karya yang nantinya bisa
berkontribusi guna kemajuan bangsa. Malu jika dipertanyakan lagi, milenial kontribusinya
apa pada negara? Eh. Dan terima kasih banyak telah menyambut kami dengan
hangat.
Usai acara kami diantar ke tempat kami menginap malam itu. Tempatnya tak begitu
jauh dari tempat acara. Kedatangan kami pada acara tersebut selain untuk memberi
dukungan pada salah satu crew cakanca.id yang merupakan bagian
dari komunitas seni IAIN Jember, juga untuk menambah teman yang juga mencintai
seni, ya mungkin saja suatu saat kami bisa berkolaborasi bersama untuk
membuat pertunjukan lebih keren lagi dan mungkin bisa bertaraf nasional atau
internasional. Anggap saja ini doa yang perlu di amin-kan.
Paginya kami tak langsung pulang melainkan jalan - jalan terlebih dahulu ke
toko buku, maklum saja kita berempat selain suka pada lawan jenis juga suka buku,
eh. Berhubung ibu pimred harus berburu dollar kembali akhirnya dia dan adiknya
pulang terlebih dahulu setelah dari toko buku, sedangkan saya dan penyair masih
enggan untuk pulang dan memilih jalan-jalanke tempat lain. Setelah penat kami
segera pulang, saat perjalanan menuju terminal Arjasa saya tak henti - hentinya
melihat profil drivergrab yang saya tumpangi karena foto
dengan aslinya beda, maklum takut salah naik grab seperti
kejadian teman saya waktu di Jogja bulan dua kemarin.
Setelah sampai di terminal, saya memberi tahu
penyair kemudian menyodorkan ponsel saya padanya. Penyair Hanya mengangguk dan
berkata.
"Kok lebih ganteng aslinya yah, yang di hpmu seperti bapak - bapak,
aslinya muda, ganteng juga kiut lagi, enak dilihatnya.”
Rupanya kita satu selera eh. Hahahaha.
Halo kamu, jangan ngambek ya!
Kita tertawa bersama di dalam bis.
“Andai mau dibungkus terus di bawah pulang, kan
lumayan.”
Woy bukan mie bongkar yang sering kita makan di bascame yang bisa dibungkus.
Saat berhenti di terminal Bondowoso, penyair yang sedang duduk di dekat saya menunjuk pada sebuah tulisan, yang kira -kira begini isinya, maklum agak lupa.
“Sibuk belajar sampai lupa mencari cinta.”
Ya sepertinya dia sedang mengejek saya, setelah
menujukan tulisan itu dia kembali cengengesan.
Tamat
________
*) Perempuan yang fokus belajar dan mencari
pengalaman, sekaligus mencari bonusnya yaitu pasangan, kalau dapat.
1 Komentar
Halo, bagaimana saya bisa menghubungi penulis ini ya? Apa novi dina disini adalah novi ditawardiana ?
BalasHapus