Ilustrator : Gaharu* |
Terimakasih Dunia
Kau menatap haru pada sosok gadis yang berpidato
mengenakan toga. Senyumnya
terlukis
indah, seraya
ikut
bersorak
atas
kelulusan yang diraihnya.
Semua orang saling berpelukan, mata
mereka
berkaca-kaca. Hingga
seorang
pemuda
tiba
membawa
mawar
putih
ke
hadapan gadis itu. Dia
menyimpannya pada foto yang
dibawa sang gadis. Kau tersenyum dan menutup
mata.
“Terimakasih, dunia.”
Modus
"Hei, katakan
padaku semua hal tentangmu."
"Mengapa?"
"Aku ingin
mengetahuinya."
Gadis itu mengangguk dan
mulai bercerita hingga sang pemuda tersenyum puas.
"Terimakasih.
Sekarang aku mengenalmu. Jadi, aku bisa lebih mudah mendekati sahabatmu."
Menunggu
“Kau mau menungguku?”
Gadis itu mengangguk. Pemuda di hadapannya
hanya
tersenyum
kecil.
“Pelan-pelan saja. Kita masih
harus
saling
mengenal
pribadi masing-masing. Dan
masih harus mengejar mimpi masing-masing. Kau mau
menungguku?”
Sekali lagi gadis itu
mengangguk
dengan
hati
riang. Bertahun ia menunggu dengan rasa yang sama, dengan
mimpi yang sama. Hingga
ia
melapuk di tempat yang sama,
pemuda itu tak kunjung menemuinya.
Hati yang Diam
“Berhentilah berharap. Kau tak
pernah
peduli
padaku.” Otak
bersungut
tak
terima.
“Aku tak berharap. Sekali pun tidak.”
“Berhentilah bergurau, Lidah. Aku
tak
berbicara
padamu.” Otak
bersungut
sekali
lagi. Mereka
berdua
menatap
miris pada hati yang masih
diam dengan beribu mimpi tak bisa dijabarkan oleh keduanya.
“Aku diam.”
Berlari
Ia masih melangkah. Kemudian
berlari. Lalu berlari. Terus
berlari hingga kakinya lelah tuk berlari dari realita.
Di Altar Pernikahan
Dia tersenyum saat seorang pemuda menghampirinya dan membawanya pada altar pernikahan.
Keduanya saling bergandengan, tak
ingin
saling
melepaskan. Hingga
tiba
saat
akad
hendak
diucapkan, gadis itu
melakukan
kesalahan. Ia
menutup
mata dan terbangun
dari
mimpi
indahnya.
0 Komentar