Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku, asal kau pun bahagia dalam hidupmu
Telah lama ku pendam perasaan itu, menunggu hatimu menyambut
diriku
Tak mengapa bagiku, mencintaimu pun adalah bahagia untuk ku
Ku ingin kau tahu, diriku disini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktu ku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku, memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan, rasa ini bahagia untuk sekejap saja
(Cinta dalam Hati – Ungu)
Dari lagu itu, sepertinya lagu itu pas banget dengan apa yang aku
alami. Dimana seseorang menyimpan perasaannya terhadap orang yang dicintai. Ia
nggak bisa mengatakan perasaan itu sama orang yang dicintai. Sulit banget
mengatakan kata “I love you” sama orang yang dicintai.
Pengen banget rasanya aku bilang kata-kata itu sama dia. Tapi
sayang, lidahku kelu, tak mampu untuk mengeluarkan satu patah kata pun untuk
dia. Di belakangnya aku mampu berkhayal kalau aku bisa mengatakan “aku cinta
kamu”. Namun di depannya, aku bak patung, terdiam seribu bahasa. Jangankan
bicara sama dia, berada di dekat dia saja sudah lebih dari cukup.
Aku memang mampu untuk menyimpan perasaanku terhadap orang yang
sangat aku cintai. Itu terbukti pada perasaanku kepada cinta pertamaku. Aku
bertahan dengan perasaan tak berbalasku selama 9 tahun. Ya, 9 tahun. Bukan
waktu yang sebentar untuk berusaha mempertahankan perasaan terhadap satu orang.
Dimana banyak godaan dari pihak lain yang berusaha menjodohkan aku dengan orang
pilihan mereka dan belum tentu aku menyetujuinya.
Kali ini, ketiga kalinya dalam hidupku, aku lagi-lagi menyimpan
perasaan terhadap seseorang. Di usiaku yang sudah tak terbilang muda bahkan
remaja lagi ini, tak seharusnya aku menjadi kekanakan. Kali ini aku masih dalam
perjalanan menemukan seseorang yang menurutku pas untuk semuanya. Ya, pas untuk
menjaga aku, pas untuk menyayangi aku begitu juga dengan keluarga aku. Aku tau
ini bukan lagi perasaan cinta monyet atau cinta remaja, namun kali ini aku
berharap dialah yang terakhir orang yang aku cintai. Mau percaya atau tidak,
inilah kisah nyata yang aku alami saat ini.
Tahun 2020 adalah awal pertemuan pertamaku bersama lelaki yang
saat ini mengisi ruang hatiku. Awalnya aku nggak ada perasaan apapun sama dia.
Tapi hari demi hari, bulan demi bulan berganti, mulai timbul perasaan yang
mungkin bisa disebut dengan “cinta”. Ya, aku mulai jatuh cinta terhadap lelaki
ini. Entah mulai saat kapan perasaan ini tumbuh. Mungkin karena seringnya pertemuan
antara kami yang membuat aku mulai ada rasa dengan dia. Aku juga nggak tau, apa
yang membuat aku jatuh cinta sama dia. Mungkin karna kebaikan dan kesabarannya
kali yaa?? Entahlah.
Aku berusaha untuk nggak jatuh cinta terlalu dalam sama dia.
Karena aku takut. Aku takut perasaan ini berujung seperti yang terdahulu.
Perasaan tak berbalas, dan mereka menikah dengan orang pilihannya. Namun banyak
sahabat dan orang-orang terdekatku bilang, jika aku punya keberanian untuk
bilang tentang perasaanku, mungkin jalan kisahnya akan berbeda.
Bagiku, untuk mengatakan “aku cinta kamu” untuk orang yang sangat
aku cintai, itu nggak semudah membalikkan telapak tangan. Mana mungkin aku
seorang cewek bilang sama cowok tentang perasaanku? Ya kali kalo aku nggak
punya malu, mungkin bakal aku ungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Bahkan saat
aku berusaha untuk membuka hatiku untuk kedua kalinya saat aku berusaha
melupakan cinta pertamaku yang tak berbalas selama 9 tahun lamanya itu, guru
SMA ku sendiri bilang sama aku. Sekarang nggak jamannya harus cowok duluan yang
bilang perasaannya. Kalo emang cinta, buktikan dengan tindakan, bukan hanya
khayalan ato mimpi belaka. Tapi aku tetap pada pendirianku, pantang bagi aku
untuk mengatakan perasaanku terlebih dahulu sama orang yang aku cintai. Menurut
guruku itu, kalo aku nggak bilang, berarti aku nggak benar-benar cinta sama
orang yang aku cintai. Beliau memberikan saran itu ketika aku berhasil membuka
hati dan bisa melupakan cinta pertamaku. Aku juga nggak berani untuk bilang sama
cinta kedua dalam hidupku, kalau aku menyimpan perasaan untuk dia. Dia adalah
rekan kerja di salah satu sekolah di kotaku. Sekaligus teman bahkan sahabat
terbaikku. Saat itu aku bahkan juga tau, banyak guru dan siswa-siswi kalau dia
lagi dekat sama salah satu siswi di sekolah itu. Awalnya aku nggak percaya dan
nggak mau percaya. Tapi kalau aku seperti itu, berarti aku orang yang egois.
Nggak mau tau tentang apa yang ada di sekelilingku. Desas-desus kala itu santer
banget di telingaku kalau dia akan menikahi siswi itu. Aku berusaha untuk nggak
mempercayai itu. Hingga pada saatnya dia sendiri yang memberikan undangan
pernikahannya untuk aku. Jujur, kala itu hati aku langsung retak bahkan
siap-siap untuk hancur lebur saat undangan pernikahannya ada dalam genggaman
tanganku. Pupus sudah harapanku untuk bisa bersama dengan dia. Bahkan jika
dibilang, dulu aku hendak untuk bilang sama dia kalau aku cinta dia. Dengan
segenap hati aku mengumpulkan keberanian untuk bilang perasaanku sama dia. Tapi
semua sirna begitu saja. Saat hari pernikahannya pun aku nggak sanggup untuk
datang menyaksikan dia di pelaminan dengan cewek lain. Selama satu minggu aku
hanya mengisi hari-hari aku dengan menangisi semuanya. Ya, penyesalanku yang
lagi-lagi hinggap di benakku. Penyesalan atas sikap egoisku karna tak
menghargai diriku sendiri. Penyesalan karna aku menutup rapat bibirku yang
nggak mampu untuk bilang “aku cinta kamu” sama orang yang aku cintai.
Kali ini, di tahun ini, aku bertemu dengan cowok yang mampu
membuka hatiku lagi. Ya Tuhan, jika memang dia adalah cowok terakhir yang harus
aku pertahankan, aku berharap kali ini aku memiliki keberanian untuk mengatakan
perasaanku. Aku berusaha mengumpulkan keberanianku lagi untuk bilang sama dia
akan perasaanku ini. Akan tetapi, lagi-lagi rasa ketakutan itu muncul
dibenakku. Aku takut untuk bilang sama dia kalau aku cinta dia.
Aku cukup tau diri akan perasaanku ini. Nggak seharusnya aku
seperti ini. Bukan aku yang memilih kamu, tapi hatiku lah yang memilih kamu.
Untuk seseorang yang sangat berarti di hatiku, sebisa mungkin aku akan
menjaganya. Aku sangat tau diri, nggak seharusnya aku punya perasaan khusus
untuk kamu. Tapi mau bagaimana lagi? Hati aku bak kereta yang melaju kencang.
Tak ada yang dapat menghentikannya. Seperti kapal yang berlayar di tengah laut.
Mengikuti deras ombak di lautan untuk membawanya bersandar, dan hanya
pelabuhanlah tempat kapal itu bersandar. Aku cukup tau diri, nggak sepantasnya
aku memiliki perasaan ini untuk kamu. Kamu itu ibarat bulan dan bintang yang
menghiasi angkasa dengan sangat indahnya. Jauh dari jangkauan, namun slalu
menyinari. Yang akan slalu aku pandang, tanpa bisa aku menggapainya. Aku pengen
banget kamu tau akan perasaanku. Tapi aku nggak punya cukup keberanian untuk
bilang ke kamu akan perasaanku ini.
Aku akui kalau aku memanglah seorang pengecut..!! Berani berucap,
namun tak mampu mengucapkan. Sebongkah ketakutan ibarat sebuah bom yang siap
meledak suatu saat nanti jika aku sampai mengatakannya. Ya, mengatakan aka nisi
hati aku yang sebenarnya terhadap kamu. Yang hanya aku tutup rapat dan aku
buang kuncinya bahkan hilang entah kemana. Dan mungkin hanya kamu yang dapat
membukanya walau tanpa kunci yang hilang entah kemana perginya itu.
Tulisanku ini, ingin rasanya aku berikan untuk dia. Cowok berinisial
“M” yang sekarang aku cintai. Tapi seperti yang aku bilang tadi, aku hanyalah
cewek pengecut yang nggak punya keberanian untuk mengutarakan isi hatiku yang
sesungguhnya..!! Beribu ketakutan menyelimutiku yang mampu membuat bibirku beku
tak bergerak sedikitpun, detak jantung yang berdetak lebih kencang seperti
biasanya, bahkan kaki yang gemetar nggak mampu berdiri jika aku mengucapkan
perasaanku.
Mungkin lirik ini juga dapat mewakili perasaanku yang terpendam.
Ucapkanlah kasih satu kata yang ku nantikan.
Sebab ku tak mampu membaca matamu, mendengar bisikmu.
Nyanyikanlah kasih, senandung kata hatimu.
Sebab ku tak sanggup mengartikan getar ini,
Sebab ku meragu pada dirimu.
Mengapa berat ungkapkan cinta padahal ia ada.
Dalam rinai hujan, dalam terang bulan, juga dalam sedu sedan.
Mengapa sulit mengaku cinta padahal ia terasa dalam rindu dendam
hening malam, cinta terasa ada.
(Ada Cinta – Acha feat. Irwansyah)
Dari lirik itu juga jelas bahwa susah untuk mengatakan perasaan
cinta pada seseorang yang dicintai, walau kedua belah pihak tau bahwa ada
perasaan khusus di antara mereka. Namun yang aku alami kali ini adalah aku yang
menyimpan perasaan terhadap cowok berinisial “M” ini. Aku yang nggak memiliki
cukup keberanian untuk mengataan “I love you” pada cowok ini.
Ya Tuhan, aku berharap dialah cowok terakhir yang aku cintai. Aku
nggak mau terluka seperti dulu lagi. Merasakan sakit yang teramat sangat karena
nggak sanggup melihat orang yang aku cintai bersanding dengan wanita lain di
pelaminan. Berarti cinta terdahuluku bukanlah jodohku. Aku tau dan sangat yakin
kalau Tuhan menyandingkan umatnya berpasang-pasangan. Tapi aku nggak tau siapa
yang akan menjadi jodohku kelak. Yang aku tau saat ini adalah aku memiliki
perasaan khusus terhadap cowok berinisial “M” itu.
Ya Tuhan, kenapa harus sesakit ini aku mencintai lelaki berinisial
“M” ini? Jika Engkau memang menuliskan kisahku dengan cara seperti ini untuk ku
rasakan indahnya di kemudian hari, aku ikhlas. Namun jika Engkau juga membuat
permainan atas diriku melalui lelaki ini, satu yang aku pinta, jangan Kau buat
aku membenci dia suatu saat nanti. Biarkan aku merasakan sakit karena dia,
tanpa harus aku membencinya di masa yang akan datang. Biarkan aku tetap
mencintai dia walau harus sakit teramat sangat bersamaan cinta tumbuh
berdampingan bercampur aduk menjadi satu di hatiku ini. Biarkan aku tetap
mempertahankan perasaan ini walau pada akhirnya kami tak bisa bersama. Biarkan
aku mengingat betapa sakitnya aku harus mempertahankan lelaki berinisial “M”
ini. Karena kali ini, aku merasa bahwa kamu mungkin hanya membuat aku merasa
nyaman sama kamu mas. Nyaman karena hati ini sudah bisa diisi relung hatinya.
Namun sekalinya aku nyaman sama kamu, malah kamu buat aku sadar, siapa aku dan
kamu yang mungkin nggak bisa bersama dan bersatu menjadi bagian yang utuh.
Untukmu
yang aku cintai tanpa kamu harus tau akan perasaanku ini, aku mohon jangan
biarkan aku menyerah. Biarkan aku tetap bertahan atas perasaanku ini walau
harus rasa sakit yang aku rasakan karena berani mengambil keputusan untuk
mencintai kamu. Aku yang memilih untuk melakukan ini. Jadi kamu nggak usah
merasa bersalah jika pada suatu saat nanti kamu tau yang sebenarnya. Tau akan
perasaanku yang sebenarnya sama kamu mas.
Dan jika tulisan ini terbaca olehmu, (entah karena sengaja atau
tidak), aku hanya meminta, kamu menjawab atas keraguanku ini mas. Karena
sekarang aku mulai ragu atas perasaanku ini. Aku ragu, apakah rasa kagum ini
sudah benar-benar berubah menjadi cinta dan aku masih mencintai kamu, ataukah
rasa kagum ini hanya sebatas rasa kagum dan nggak akan pernah meminta lebih
untuk merubahnya menjadi cinta. Tolong jawab atas keraguanku ini mas. Jangan
buat aku penasaran seperti ini. Jangan buat aku slalu menangis tanpa sebab karna
mengingatmu dalam kenanganku. Jangan buat aku menyesal karna berani mengambil
keputusan sempat mempertahankan nama kamu di hati aku tanpa melirik lelaki
lain. Jangan buat aku merasa bersalah terhadap diriku sendiri karena sebuah
penyesalan dikemudian hari. Dan jangan buat aku menunggu tanpa kepastian
seperti ini…
TAMAT
_____________________________________________
Dendi Novy Kurnia, 12 Nov 1989. Guru SMAN 2 Situbondo dan SMAN 1 Panarukan.
Tulisan ini hasil challange KMC.
0 Komentar