Oleh: Gaharu*
Berbicara mengenai mimpi, setiap orang memiliki mimpi yang
berbeda-beda. Dan tidak semuanya terwujud dengan mulus. Banyak dari mimpi
tersebut yang cenderung hanya menjadi mimpi belaka, seperti namanya. Hanya bisa
diharap juga tak bisa digapai selain dengan menutup mata. Bagi anak-anak, mimpi
sudah menjadi arena fantasi yang ingin segera mereka mainkan. Bagi kalangan
dewasa, mimpi tak ubahnya hari ini yang telah dilalui dengan kerja keras yang
baik. Dan bagi para remaja, mimpi bisa jadi adalah harapan hidup mereka.
Para remaja yang berada di fase pendewasaan kerap mengalami banyak
dilema soal mimpi. Tentang apa yang harus mereka pilih antara realita yang
pahit atau mimpi yang sedikit ambis. Bahkan banyak dari mereka yang
mengurungkan niat dan menguburnya dalam-dalam karena realita yang harus
dilayani.
Realita yang pahit bagi remaja adalah tangga bagi pola pikir
mereka. Bukan saja mereka bisa jadi lebih bijaksana dalam menjalani hidup,
mungkin saja bisa menjadi orang yang jauh berbeda dari sebelumnya. Berbeda ini
memiliki artian majemuk. Bisa jadi ia akan melewatinya dengan baik dan bisa
jadi dengan buruk. Contohnya memilih jalan yang salah dan pribadi yang bertolak
belakang dengan mimpi pertamanya. Dan lebih parahnya lagi, bila keadaan mental
mereka tak siap, mereka bisa saja menjadi hilang akal atau melakukan tindakan
yang bisa menghilangkan nyawa.
Persoalan memilih ini sangat terabaikan. Terlihat mudah dan remeh,
tapi sekali salah pilih, jurang menanti. Dan itulah yang terjadi di sekitar
kita. Menganggap masa depan dari anak-anak cukup mudah dan tanpa sadar
merenggut hak bebas mereka dengan menuntut kehidupan sesuai standar yang orang
tua inginkan. Mereka seolah sangat tau apa yang terbaik bagi anak mereka tanpa
mendengar apa yang mereka inginkan.
Baik atau buruk bagi seseorang tidak dapat ditentukan oleh orang
lain. Semua itu hanya dapat ditentukan oleh diri sendiri. Yang menjalani hidup
adalah kita. Yang bekerja keras adalah kita. Mengapa jalan hidup kita harus
ditentukan oleh orang lain? Memang benar, orang tua dan keluarga berperan besar
dalam mendidik dan membimbing kita. Tetapi mereka bukanlah subjek yang
menjalani jalan hidup kita.
Banyak remaja seusia saya yang terpaksa berhenti sekolah karena
opini sekitar. Ada yang berhenti karena keluarganya takut akan ocehan orang
mengenai dirinya yang mungkin tak berbakat dalam akademik. Ada pula yang harus
menanggalkan impian untuk menikah di usia yang sangan belia. Dan ada pula yang
harus rela mimpi pertamanya terhapus demi keinginan orang tua.
Terkadang saya berpikir, kenapa kita harus takut dengan opini
orang lain? Biarkan saja mereka menganggap kita apa. Yang penting kita tahu apa
yang menjadi tujuan kita dan resikonya. Mimpi kita biarlah menjadi hak kita
yang tak bisa direnggut siapapun.
Begitu pula dengan mimpi yang ingin kita gapai. Tak seharusnya ia
patah hanya karena opini belaka. Tetapi jika hal itu sungguh mengganggu
kehidupan, yasudah tidak apa. Masih banyak jalan untuk meraih mimpi, jangan
menyerah pada satu jalan saja.
Seorang youtuber muda,Jerome Polin Sijabat,
pernah mengatakan, "Seperti solusi z³ yang tidak hanya z = 1, Roma yang
kita tuju belum tentu Roma yang Tuhan maksudkan." Jadi meskipun kita
ngotot memilih suatu tujuan, tapi Tuhan berkata "itu bukan Tujuan yang
kusiapkan untukmu," maka kita tak akan mendapatkannya. Ada banyak jalan
menuju mimpi, dan semuanya bermuara pada satu mimpi yang telah Tuhan tetapkan.
Mungkin saja kita melewati satu mimpi yang kita inginkan, tetapi kita terus
dibimbing untuk berjalan hingga sampai pada mimpi terbaik yang telah
disiapkan-Nya. Meskipun kita harus menerima mimpi yang bukan milik kita lebur
begitu saja.
Tak semua orang bisa menerima bila mimpi mereka harus hilang
karena keadaan ataupun opini orang sekitar. Begitu kerasnya pengorbanan yang
harus diterima dalam memilih antara mimpi atau realita. Tak ada yang murah,
bahkan harganya bisa nyawa. Hingga seseorang bisa menjadi lemah dan pasrah ada
keadaan.
Tapi bukan berarti kehilangan mimpi juga kehilangan alasan untuk
terus berjuang. Seperti judul tulisan ini, seperti itulah seharusnya setiap
orang pahami. Mimpi yang patah, bukan alasan untuk menyerah. Jika impian patah
di jalan yang satu, pilih jalan yang lainnya. Jika gagal, maka terus coba lagi
dan lagi. Persetan dengan omongan orang, mereka tak perna tahu apa yang kita
rasakan. Mimpimu pantas diperjuangkan.
____________________________
*) Perempuan yang senang
melukis kenangan.
0 Komentar