Penulis dan Ilustrator: Gaharu*
"Kau memilikinya
juga?"
"Apa yang
kumiliki?"
"Itu di jari
kelingkingmu. Tampak merah dan begitu indah."
Pemuda itu melirik
kelingkingnya dan tersenyum. "Hu um, indah bukan? Kau memilikinya?"
"Tentu saja!"
Gadis itu mengangkat kelingkingnya dengan senyum lebar.
"Boleh kulihat
milikmu lebih dekat?"
Gadis itu memberikan
kelingkingnya pada sang pemuda. Pemuda itu lantas menyentuh setiap lilitan
benang merah yang terikat di jemari sang gadis.
"Aku juga ingin
melihat milikmu, tuan."
Pemuda itu tersenyum dan
memberikan kelingkingnya pada sang gadis. Gadis itu lantas menyentuh setiap
uraian benang merah yang semakin lama semakin kusut di jemari si pemuda.
Keduanya tampak panik. Si pemuda menawarkan untuk memperbaikinya. Benar saja
benang itu tampak lurus kembali. Keduanya menghela nafas lega.
"Lihat, sudah
kembali normal, bukan?"
"Iya, Tuan. Akhirnya
aku melihat di mana benang merah itu terikat sebenarnya. Terimakasih,
Tuan."
Dan gadis itu berlalu
dengan kelingking si pemuda yang kehilangan ikatan benang merahnya.
***
"Hei, berhentilah
mengikatnya. Jemariku sudah terikat semua dengan benda merah ini." Ucap
sang gadis dengan wajah cemberut.
"Masih belum.
Kelingkingmu masih belum kuikat." Pemuda itu mengambil sebuah benang kembali.
Gadis itu memberontak dan
berusaha melepaskan ikatan di setiap jemarinya. Ikatan yang tampak tak
mengacaukan pikiran si pemuda meski ia memilikinya juga.
"Hei, mengapa itu
sudah terikat?" Kaget pemuda itu tatkala melihat kelingking yang kosong
telah terikat dengan benang merah yang bukan miliknya.
***
Dia merajut dengan mata
tertutup. Tangannya berayun seolah telah hafal dengan alur rajutan. Badannya
bergoyang seiring ritme kursi goyang yang ia tempati. Bibirnya tersenyum,
seolah menatap hal yang sangat ia sukai.
"Hei, apa kau belum
menyelesaikannya juga? Ini sudah malam."
Dia masih merajut seolah
tak ada hari esok. Ia bertekad untuk segera menyampaikannya pada pemuda
impiannya.
"Hei, mau sepanjang
apa pun kau buat, percuma saja bila ia tak memakainya."
Dia tetap merajut hingga
syal merah yang ia buat begitu menjuntai dan melilit dirinya dengan darahnya
sendiri.
***
Yang aku tahu Hinata dan
Naruto terhubung oleh syal merah yang Hinata buat. Begitu pula Kushina dan
Minato yang terhubung oleh rambut merah klan Uzumaki milik Kushina. Begitu pula
takdir kita terhubung dan tak terpisahkan oleh pisau berlumuran darah yang
menikam kita berdua.
***
Katanya Jodoh itu saat
dua orang saling memperjuangkan untuk dapat bersama. Dan apabila salah satunya
berhenti, berarti ia tak ingin berjodoh. Kau tertawa saat aku mengungkapkan hal
ini hari itu.
"Berhentilah
tertawa, aku serius."
"Maaf, maaf. Kau
tahu? Hanya orang bodoh yang tak ingin berjodoh denganmu."
Aku mendengus kesal
mendengar kata-katanya. "Yasudah, kalau begitu aku saja yang pergi."
Aku berdiri dan melangkah pergi meninggalkannya. "Hanya orang bodoh yang ingin berjodoh denganmu."
Yogyakarta, 7 Juni 2023
*) Penulis dan Ilustrator adalah perempuan wibu yang berusaha mencari One Piece dan menjadi istri Monkey D Luffy meski tahu cinta terhalang dimensi.
0 Komentar