Habis pemilu terbitlah
Pilkada. Tahun ini kita sangat rajin datang ke TPS, sampai dua kali, sudah
seperti minum obat.
Setiap daerah punya
antusias sangat tinggi dalam menyamput Pilkada. Namun sama dengan pemilu, ada
yang sindir menyindir memalui akun sosmed khususnya tiktok. Rana sosmed selain
membuat informasi cepat menyebar luas, baik informasih sifatnya actual atau pun
hoax, juga bisa dipergunakan untuk saling serang menyerang sesama pendukung.
Saya harap yang didukung
menang karena sudah saling caci maki mungkin sampai musuhan. Meski
tidak terpilih semoga bisa legowo, menerima lapang dada, tidak membuat fitnah
atau muncul anggap ada kecurangan lah, atau sebagainya yang menyerang kubu yang
kalah atau penyelenggara. Penyelenggara selalu menjadi sasaran pagi yg kalah
untuk melampiaskan kekecewaannya, jika selalu jadi sasaran beberapa tahun ke dapan
orang-orang tidak akan berminat menjadi penyelengara bukan tidak mungkin pemilu
atau pun pilkada nantinya akan di pilih langsung oleh MPR.
Cukup sedih ketika
dianggap melakukan kecurangan, padahal yang di lapangan sudah cukup ekstra
bekerja semaksimal mungkin. Berkaca pada pemilu di mana anggapan kecurangan
tertuju pada KPPS yang kerjanya mungkin lebih dari 24 jam, cukup berat karena
pengalaman pribadi, hehehe. Mereka tidak punya pemikiran mau melakukan
kecurangan. Bagaimana bisa, berpikir untuk makan saja mereka tidak kepikiran,
yang ada di otak mereka bagaimana bisa selesai tepat waktu tidak ada satu kesalahan.
Jadi jangan di fitnah lagi KPPS yaa! Pilkada mau pun pemilu tidak akan berjalan
kalau tidak ada yang berminat menjadi KPPS. Lagi pula mereka bekerja tidak
seenaknya sendiri, tetapi menggunakan aturan dari KPU sendiri. Jadi jangan takut
dicurangi, lagi pula di TPS ada elemen lengkap tidak hanya ada KPPS tetapi juga
ada PTPS yang mengawasi juga ada saksi dan pewarta.
Tidak ada pemilu
serentak untuk pemilihan kepala daerah dengan jumlah yang cukup besar di
seluruh dunia kecuali di Indonesia. Hanya ada di Indonesia. Sangat istimewa memang
negara kita.
Kali saya baru tahu
bahwasanya proses menjadi daftar pemilih tetap tidaklah mudah. Ada bagian data
yang siang malamnya bergelut dengan data pemilih. Pemilih yang datang ke TPS
tidak serta merta datang tetapi memalui prosedur dan aturan yang cukup ketat
juga panjang, sangat disayangkan jika ada yang dengan sengaja tidak hadir di
TPS.
Kemudian menyiapkan
orang - orang yang akan melayani di TPS nantinya. Mengajari tata cara dan
aturan kepada mereka bukanlah mudah meski beberapa sudah punya pengalaman, yang
namanya aturan pasti ada yang disempurnakan dari yang terdahulu.
Saat di lapangan terjadi
selisih harus mencari lagi ulang, dihitung ulang dan sebagainya. Belum lagi
harus mendengar ungkapan dari paslon yang kalah. Biasanya ungkapannya berupa
tidak terima dengan hasil perolehan suaranya. Rakyat punya seleranya sendiri
dalam memilih. Semuanya ingin menang tetapi menerima kekalahan itu harus.
Pilkada kali ini cukup
meriah di akhir, yang mana dari awal adem ayem tiba-tiba saja seperti bom waktu
yang meledak di akhir. Membuat beberapa yang tadi adem ayem menjadi menyala,
begitu kira-kira ungkapan dari teman saya, kemakan konten tiktok sepertinya
teman saya itu.
Pemilu dan pilkada saya
rasa cukup berbeda. Antah karena ketika hari pencoblosan yang turun hujan deras
sehingga tidak begitu ramai yang datang ke TPS. Beberapa teman saya,
beranggapan selain karena cuaca tanggal 27 November tidak mendukung juga karena kurangnya
kesadaran masyarakat meski sudah berkali-kali disosialisasikan. Ada pula yang
beranggapan, TPS yang jauh kalau bisa depan rumah katanya, hehehe. Ada juga
yang memberi alasan para perantau malas pulang, alasan masuk akal dari teman
saya di kecamatan Langkat, Sumatra Barat sampai melakukan kajian. Kajian yang
dia dapat yaitu berkurangnya rasa kepercayaan terhadap suatu pemilihan termasuk
pilkada kali ini. Banyak yang berpendapat bahwasanya masyarakat akan lebih
banyak tidak memilih karena opini mereka ketika mereka memilih tetap sama saja.
Banyak kebijakan yang tidak memihak mereka, meski sudah berikan pandangan
kepada mereka bahwa setiap segala sesuatu yang kita lakukan termasuk ikut andil
dalam pilkada kali ini akan memberikan dampak yang besar terhadap perubahan di masa
yang akan datang. Tetap saja mungkin rasa kepercayaan masyarakat sudah benar
hilang terhadap seorang pemimpin. Mungkin ini hanya berlaku di daerah teman
saya itu, atau mungkin saja berlaku merata seluruh daerah. Berbanding terbalik
dengan social media antusias dengan yang datang ke TPS.
Jejang rekapulasi tidak
berlapis tidak hanya tingkat kecamatan saja tetapi juga kabupaten dan provinsi.
Saya terkejut ketika sudah sampai tingkat provinsi selisi daftar hadir satu
orang saja tidak sama antara pilug dan pilbub di telusuri. Sangat ketat sekali.
Apa pun keputusan dan
perolehan tetaplah menerima. Kalah menang sudah biasa, yang menang tunjukan
kinerja bahwa rakyat tidak salah memilih dan yang kalah bisa bertarung lagi di
lima tahun berikutnya sambil membenahi dan menyiapkan diri. Yang menang harus
bisa membawa perubahan yg baik bagi masyarakat bukan pribadi atau pun golongan
tapi bisa dirasakan seluruh masyarakat baik kota, kabupaten, bahkan provinsi
nantinya.
Suksesnya pilkada kali
ini, terkhusus desa saya karena kontribusi teman - teman kerja saya yang sangat
luar biasa membantu, bekerja siang malam. Semoga nanti kita bekarja bersama
lagi di pekerjaan lainnya. Sukses selalu!
______________________
Penulis dapat ditemui @novidina98
0 Komentar