https://fahum.umsu.ac.id/blog/syarat-dan-jadwal-pilkada-ditahun-2024/


Oleh : Novi Dina*

Habis pemilu terbitlah Pilkada. Tahun ini kita sangat rajin datang ke TPS, sampai dua kali, sudah seperti minum obat.

Setiap daerah punya antusias sangat tinggi dalam menyamput Pilkada. Namun sama dengan pemilu, ada yang sindir menyindir memalui akun sosmed khususnya tiktok. Rana sosmed selain membuat informasi cepat menyebar luas, baik informasih sifatnya actual atau pun hoax, juga bisa dipergunakan untuk saling serang menyerang sesama pendukung.

Saya harap yang didukung menang karena sudah saling caci maki mungkin sampai musuhan. Meski tidak terpilih semoga bisa legowo, menerima lapang dada, tidak membuat fitnah atau muncul anggap ada kecurangan lah, atau sebagainya yang menyerang kubu yang kalah atau penyelenggara. Penyelenggara selalu menjadi sasaran pagi yg kalah untuk melampiaskan kekecewaannya, jika selalu jadi sasaran beberapa tahun ke dapan orang-orang tidak akan berminat menjadi penyelengara bukan tidak mungkin pemilu atau pun pilkada nantinya akan di pilih langsung oleh MPR.

Cukup sedih ketika dianggap melakukan kecurangan, padahal yang di lapangan sudah cukup ekstra bekerja  semaksimal mungkin. Berkaca pada pemilu di mana anggapan kecurangan tertuju pada KPPS yang kerjanya mungkin lebih dari 24 jam, cukup berat karena pengalaman pribadi, hehehe. Mereka tidak punya pemikiran mau melakukan kecurangan. Bagaimana bisa, berpikir untuk makan saja mereka tidak kepikiran, yang ada di otak mereka bagaimana bisa selesai tepat waktu tidak ada satu kesalahan. Jadi jangan di fitnah lagi KPPS yaa! Pilkada mau pun pemilu tidak akan berjalan kalau tidak ada yang berminat menjadi KPPS. Lagi pula mereka bekerja tidak seenaknya sendiri, tetapi menggunakan aturan dari KPU sendiri. Jadi jangan takut dicurangi, lagi pula di TPS ada elemen lengkap tidak hanya ada KPPS tetapi juga ada PTPS yang mengawasi juga ada saksi dan pewarta.

Tidak ada pemilu serentak untuk pemilihan kepala daerah dengan jumlah yang cukup besar di seluruh dunia kecuali di Indonesia. Hanya ada di Indonesia. Sangat istimewa memang negara kita.

Kali saya baru tahu bahwasanya proses menjadi daftar pemilih tetap tidaklah mudah. Ada bagian data yang siang malamnya bergelut dengan data pemilih. Pemilih yang datang ke TPS tidak serta merta datang tetapi memalui prosedur dan aturan yang cukup ketat juga panjang, sangat disayangkan jika ada yang dengan sengaja tidak hadir di TPS.

Kemudian menyiapkan orang - orang yang akan melayani di TPS nantinya. Mengajari tata cara dan aturan kepada mereka bukanlah mudah meski beberapa sudah punya pengalaman, yang namanya aturan pasti ada yang disempurnakan dari yang terdahulu.

Saat di lapangan terjadi selisih harus mencari lagi ulang, dihitung ulang dan sebagainya. Belum lagi harus mendengar ungkapan dari paslon yang kalah. Biasanya ungkapannya berupa tidak terima dengan hasil perolehan suaranya. Rakyat punya seleranya sendiri dalam memilih. Semuanya ingin menang tetapi menerima kekalahan itu harus.

Pilkada kali ini cukup meriah di akhir, yang mana dari awal adem ayem tiba-tiba saja seperti bom waktu yang meledak di akhir. Membuat beberapa yang tadi adem ayem menjadi menyala, begitu kira-kira ungkapan dari teman saya, kemakan konten tiktok sepertinya teman saya itu.

Pemilu dan pilkada saya rasa cukup berbeda. Antah karena ketika hari pencoblosan yang turun hujan deras sehingga tidak begitu ramai yang datang ke TPS. Beberapa teman saya, beranggapan selain karena cuaca tanggal 27 November  tidak mendukung juga karena kurangnya kesadaran masyarakat meski sudah berkali-kali disosialisasikan. Ada pula yang beranggapan, TPS yang jauh kalau bisa depan rumah katanya, hehehe. Ada juga yang memberi alasan para perantau malas pulang, alasan masuk akal dari teman saya di kecamatan Langkat, Sumatra Barat sampai melakukan kajian. Kajian yang dia dapat yaitu berkurangnya rasa kepercayaan terhadap suatu pemilihan termasuk pilkada kali ini. Banyak yang berpendapat bahwasanya masyarakat akan lebih banyak tidak memilih karena opini mereka ketika mereka memilih tetap sama saja. Banyak kebijakan yang tidak memihak mereka, meski sudah berikan pandangan kepada mereka bahwa setiap segala sesuatu yang kita lakukan termasuk ikut andil dalam pilkada kali ini akan memberikan dampak yang besar terhadap perubahan di masa yang akan datang. Tetap saja mungkin rasa kepercayaan masyarakat sudah benar hilang terhadap seorang pemimpin. Mungkin ini hanya berlaku di daerah teman saya itu, atau mungkin saja berlaku merata seluruh daerah. Berbanding terbalik dengan social media antusias dengan yang datang ke TPS.

Jejang rekapulasi tidak berlapis tidak hanya tingkat kecamatan saja tetapi juga kabupaten dan provinsi. Saya terkejut ketika sudah sampai tingkat provinsi selisi daftar hadir satu orang saja tidak sama antara pilug dan pilbub di telusuri. Sangat ketat sekali.

Apa pun keputusan dan perolehan tetaplah menerima. Kalah menang sudah biasa, yang menang tunjukan kinerja bahwa rakyat tidak salah memilih dan yang kalah bisa bertarung lagi di lima tahun berikutnya sambil membenahi dan menyiapkan diri. Yang menang harus bisa membawa perubahan yg baik bagi masyarakat bukan pribadi atau pun golongan tapi bisa dirasakan seluruh masyarakat baik kota, kabupaten, bahkan provinsi nantinya.

Suksesnya pilkada kali ini, terkhusus desa saya karena kontribusi teman - teman kerja saya yang sangat luar biasa membantu, bekerja siang malam. Semoga nanti kita bekarja bersama lagi di pekerjaan lainnya. Sukses selalu!

 

______________________

Penulis dapat ditemui @novidina98